Selasa, 03 September 2019

Kisah Islami: Duka Wafatnya Rasulullah


Rasulullah Muhammad Salallahu 'alaihi wassalam merupakan seorang panutan bagi kita. Ahmad, begitulah sapaan akrab untuknya dikala masih muda. Lahir di kota makkah, 12 Rabiul Awal ketika pasukan bergajah yang dipimpin abrahah menyerang ka’bah. Dibesarkan tanpa sesosok Ayah, ia yatim sedari masih dalam kandungan. Mendewasa dengan banyak ujian yang mampu menguras air mata. Namun, beliau mampu melewati semuanya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Rasul Muhammad, adalah seorang yang begitu peduli, bukan kayak anak-anak jaman now yang won’t cares sama yang lain. Iyaa po??
Tak percaya?

Nih, disimak yaa, kisah tentang  sebuah perpisahan. Eitss, bukan perpisahan yang biasanya pake toga lhoo apalagi perpisahan ayang-ayangan kayak anak jaman now. Tetapi, perpisahan seorang kekasih Allah dengan umat manusia, ialah Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wassalam.

Pagi itu selepas sholat shubuh, Rasulullah dengan suara terbata, memberikan petuah
“ Wahai umatku kita semua berada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua hal pada kalian, Yaitu sunah dan al-qur’an. barang siapa yg mencintai sunahku berarti mencintaiku. Dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan  bersama-sama masuk surga bersamaku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu per satu. Abu bakar berkaca-kaca menatapnya, Umar tidak dapat menahan napas  dan tangisnya, Usman menghela napas panjang, dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.  Tanda-tanda itu semakin kuat ketika Ali dan Khadal dengan sigap menangkap Rasulullah yg limbung saat turun dari mimbar.

 Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedangkan di dalamnya Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat. Tiba-tiba, dari luar terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam. 

“ Assalamu’alaikum, Bolehkah saya masuk?” tanya seseorang itu.
“Wa’alaikumussalam, Maafkanlah, ayahku sedang demam.” Kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Rasulullah yang mendengarnya, bertanya kepada Fatimah.

“Siapa itu wahai anakku?”
“ Tak taulah Ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.” Jawab Fatimah dengan suara yang lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
“ Ketauhilah putriku, Dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia, Dialah Malaikatul maut.” Kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakan tangisannya. Malaikat maut datang menghampiri,tetapi Rasulullah menanyakan mengapa Jibril tak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya telah bersiap di atas langit menyambut kekasih Allah.

“Jibril jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” tanya Rasulullah dengan suara yang sangat lemah.
“ Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu.” Kata Jibril.

Tetapi ternyata itu tidak  membuat Rasulullah lega.  Matanya masih dipenuhi dengan kecemasan.
“ Tidak senangkah engkau mendengar kabar ini wahai Rasulullah?”
“kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelam.” Tanya Rasulullah
“Jangan khawatir,wahai Rasulullah, Allah telah berfirman kepadaku, Ku haramkan surga bagi siapa saja, kecuali Umat Muhammad telah berada di dalamnya.”kata Jibril.

Detik-detik itu mulai dekat. saatnya Izrail melaksanakan tugasnya. Perlahan ruhnya ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh. Urat-urat lehernya menegang.

“ Jibril betapa sakitnya sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengadu.
Fatimah pun terpejam, Ali yangberada disampingnya menunduk semakin dalam, dan Jibril memalingkan muka.

‘’ Jijikkah kau melihatku hingga kau palingkan wajahmu Jibril?”tanya Rasulullah.
“ Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal.” Kemudian terdengar Rasulullah mengadu karna sakit yang tidak tertahankan lagi.

“ Yaa Allah dahsyat sekali maut ini, timpakan  saja semua siksa maut ini kepadaku jangan kepada Umatku.’’

Badan Rasulullah mulai dingin. Kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibir Rasulullah bergetar seakan  hendak membisikkan sesuatu. lalu Ali mendekatkan telinganya.

“ Peliharalah sholat dan peliharalah orang orang lemah di sekitarmu.”
Di luar pintu rumah Rasul, tangis mulai terdengar bersahutan, para Sahabat merasa sangat bersedih. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yg mulai kebiruan. Rasulullah pun mengucapkan kata terakhirnya.

“ Ummati...Ummati....Ummati....”

Dan berakhirlah perjalanan hidup manusia mulia sang Suri Teladan bagi seluruh umat manusia. Semoga kita mendapat hikmah dari kisah ini dan menambah kecintaan kita kepada rasulullah karena saat akhir hayatnya beliau hanya menghawatirkan kondisi umatnya kelak.


Penulis : Dwi Fatimah
Referensi cerita:
Anak Muslim Youtube Channel

#kisahislami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar