Selasa, 27 Agustus 2019

Resume Novel " Garis Waktu"


GARIS WAKTU





Penulis: Fiersa Besari
Genre: Romansa
Penerbit: Mediakita
Jumlah Halaman: 218

Novel yang berjudul ‘’ Garis Waktu” merupakan sebuah novel karya seorang musisi terkenal . Fiersa Besari, lelaki kelahiran Bandung tanggal 3 Maret ini merupakan seorang lulusan Sastra Inggris. Meskipun novel ini berdominasi kisah romansa, namun di dalamnya tersisipkan pesan-pesan humanisme dan sosial. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh penerbit Media Kita. Berjumlah sekitar 218 halaman termasuk bagian cover buku.  ‘Garis Waktu’ adalah rangkuman beberapa tulisan Fiersa Besari dalam kurun waktu 2012-2016.

“Garis Waktu” terpilih sebagai judul pada novel ini karena mampu merepresentasikan titik-titik peristiwa penting sang ‘aku’ dengan ‘kamu’, dari mulai masa perkenalan, kasmaran, patah hati, hingga pengikhlasan, yang tersusun secara kronologis berdasarkan bulan dan tahun. Disaat yang sama, ‘Garis Waktu’ juga mewakili proses penulis menulis di dunia maya selama bertahun-tahun sampai akhirnya menghasilkan buku. Jika sekumpulan karya membutuhkan ruangan agar dapat dilihat secara utuh, maka ‘Garis Waktu’ adalah galeri yang hadir untuk kawan-kawan nikmati, dengan secangkir teh hangat di kala senja.

“Garis waktu”  merupakan sebuah novel karya Fiersa Besari disusun dengan pilihan kata yang mampu menyihir para pembaca ikut merasakan apa yang dialami oleh tokoh “aku”.  Novel yang bercerita tentang kisah romansa tokoh ‘aku’  dikemas dalam sebuah alur yang rapi, dan terbagi dalam beberapa Bab. Setiap Bab memiliki kisah cerita yang berbeda namun saling berkaitan.
Novel ini sedikit berbeda dengan novel biasanya. Disetiap akhir pada bab nya, tertulis sebuah kata-kata mutiara yang mampu menyadarkan para pembaca dan begitu bermakna. Walaupun novel ini berkisah tentang kehidupan percintaan masa remaja, novel ini memiliki banyak pembelajaran berharga di dalamnya. Kisah pilu nan sendu sangat mendominasi dalam cerita novel ini. Meskipun begitu, kisah-kisah romantis yang mampu membuat para pembaca ikut tersenyum juga mampu menyeimbangkan kisah pilu di dalamnya.

Tak hanya kisah romansa, novel ini juga menceritakan kisah kasih seorang ayah dan ibu terhadap anaknya. Begitu mendalam sang penulis menceritakan kisah ‘aku’. Tentunya tanpa melebih-lebihkan setiap frasa hingga novel ini tak terlihat seperti sebuah drama.  Novel ini memberikan akhir yang mampu menguras air mata para pembacanya. Kisah romansa tokoh ‘aku’ dan ‘kamu’ yang harus berakhir dengan sebuah perpisahan dan pengikhlasan. Ditambah lagi penulis yang dengan lihainya memainkan kata-kata hingga menjadi suatu kisah yang sangat menyentuh.
Dilihat dari segi kepenulisan, terdapat beberapa kata yang masih salah dalam penulisannya. Seperti kata ‘di mana’ pada halaman ke-7, di awal paragraf tertulis secara terpisah. Kata ‘di mana’ menunjukan preposisi. Namun sesuai peraturan EYD yang berlaku, kata tersebut lazimnya ditulis secara tersambung.

Garis waktu mendewasakan kita berdua dengan perjalannanya yang ajaib. Sekarang, baru ku lihat gambaran besarnya. Tuhan tidak pernah mengutusmu untuk menyempurnakanku. Tuhan mengutusmu sebagai guru sebelum aku bertemu dengan pendamping hidupku yang sebenarnya. Darimu aku belajar untuk mendamba, berharap, jatuh cinta, patah hati, hingga kemudian sembuh dan mampu melangkah lagi.
Perasaan kita untuk satu sama lain tidaklah mati, ia hanya bermetamorfosis menjadi sesuatu yang jauh lebih indah. Dan kini, kita sudah siap mengukir kisah indah kita masing-masing; siap untuk menghadapi hidup yang semakin berat dengan diri yang semakin kuat.
Salam untuk dia yang kini menjagamu; untuk buah hatimu yang sedang belajar mengeja bahagi. Kuharap kau baik-baik saja di sana. Dan soal aku, jangan khawatir, alam semesta mempunyai rencana yang lebih besar untukku.

Beberapa paragraf di atas merupakan sepenggal kisah di akhir cerita dalam novel ini. Terlihat begitu indah kata-kata yang meyusun disetiap kalimatnya.

Kisah dalam novel ini memberikan sebuah pembelajaran bahwa, segala  apa yang kita miliki saat ini belum tentu di masa depan nanti kita masih memilikinya. Selagi ada, harap dijaga dengan sepenuh hati dan jangan pernah menyia-nyiakannya.  Segala apa yang terjadi dalam hidup, itu merupakan kehendak Tuhan, kita hanya sebagai pelaku yang semestinya menikmati setiap alur yang telah Dia ciptakan untuk kita. Belajarlah untuk ikhlas terhadap segala apa yang menjadi takdir dalam hidup kita. Karena itulah yang pasti terbaik untuk kita menurut-Nya.

“Ketika kehidupan memberikan episode terburuknya, jangan menyerah.
Takkan selamanya kita terluka, takkan selamanya kita berduka.” – Fiersa Besari


library.uny.ac.id

Senin, 26 Agustus 2019

Dear, Sang Pejuang Kehidupan

Mungkin saat ini dirimu tengah menggerutui takdir yang telah Allah tetapkan untuk mu. Membuat hati dan pikiranmu kalut.  Beradu memperebutkan hayalan cita masa lalu yang seharusnya sudah terikhlaskan. Ketika melihat yang lain menikmati pencapaiannya, lantas diri mencaci, " Kenapa sih aku nggak bisa dapetin apa yang aku mau seperti mereka."

Ayolah, dirimu pasti sudah bosan mendengar nasehat ini. Oke akan aku ingatkan pada mu sekali lagi. Jalan setiap orang itu berbeda-beda. So, belajarlah untuk menerima. Tak perlu risaukan bagaimana akhirnya. Terpenting maksimalkan segala hal yang bisa kita lakukan. Nikmati saja prosesnya, siapa tahu dirimu akan menemukan sesuatu yang luar biasa.

Semangaattt!!! 
Hidupmu masih terlalu banyak teka-teki yang mesti kau pecahkan. Jangan sampai menyesal karena tak merasakan nikmatnya perjuangan. 


" Segala apa yang Dia tetapkan, itulah yang terbaik kita meskipun itu bukanlah hal yang kita inginkan. Percayalah bahwa Dia telah menyiapkan kejutan istimewa untuk kita."
#selfreminder
#senjakelabu
uny.ac.id
library.uny.ac.id

journal.uny.ac.id