GARIS WAKTU
Penulis: Fiersa Besari
Genre: Romansa
Penerbit: Mediakita
Jumlah Halaman: 218
Genre: Romansa
Penerbit: Mediakita
Jumlah Halaman: 218
Novel yang berjudul ‘’ Garis Waktu” merupakan sebuah novel karya
seorang musisi terkenal . Fiersa Besari, lelaki kelahiran Bandung tanggal 3
Maret ini merupakan seorang lulusan Sastra Inggris. Meskipun novel ini
berdominasi kisah romansa, namun di dalamnya tersisipkan pesan-pesan humanisme
dan sosial. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh penerbit Media Kita.
Berjumlah sekitar 218 halaman termasuk bagian cover buku. ‘Garis Waktu’ adalah rangkuman beberapa
tulisan Fiersa Besari dalam kurun waktu 2012-2016.
“Garis Waktu” terpilih sebagai judul pada novel ini karena mampu merepresentasikan titik-titik peristiwa penting sang ‘aku’ dengan ‘kamu’, dari mulai masa perkenalan, kasmaran, patah hati, hingga pengikhlasan, yang tersusun secara kronologis berdasarkan bulan dan tahun. Disaat yang sama, ‘Garis Waktu’ juga mewakili proses penulis menulis di dunia maya selama bertahun-tahun sampai akhirnya menghasilkan buku. Jika sekumpulan karya membutuhkan ruangan agar dapat dilihat secara utuh, maka ‘Garis Waktu’ adalah galeri yang hadir untuk kawan-kawan nikmati, dengan secangkir teh hangat di kala senja.
“Garis waktu” merupakan sebuah novel karya Fiersa Besari
disusun dengan pilihan kata yang mampu menyihir para pembaca ikut merasakan apa
yang dialami oleh tokoh “aku”. Novel
yang bercerita tentang kisah romansa tokoh ‘aku’ dikemas dalam sebuah alur yang rapi, dan
terbagi dalam beberapa Bab. Setiap Bab memiliki kisah cerita yang berbeda namun
saling berkaitan.
Novel ini sedikit berbeda dengan novel biasanya. Disetiap
akhir pada bab nya, tertulis sebuah kata-kata mutiara yang mampu menyadarkan
para pembaca dan begitu bermakna. Walaupun novel ini berkisah tentang kehidupan
percintaan masa remaja, novel ini memiliki banyak pembelajaran berharga di
dalamnya. Kisah pilu nan sendu sangat mendominasi dalam cerita novel ini.
Meskipun begitu, kisah-kisah romantis yang mampu membuat para pembaca ikut
tersenyum juga mampu menyeimbangkan kisah pilu di dalamnya.
Tak hanya kisah romansa, novel ini juga menceritakan kisah
kasih seorang ayah dan ibu terhadap anaknya. Begitu mendalam sang penulis
menceritakan kisah ‘aku’. Tentunya tanpa melebih-lebihkan setiap frasa hingga
novel ini tak terlihat seperti sebuah drama.
Novel ini memberikan akhir yang mampu menguras air mata para pembacanya.
Kisah romansa tokoh ‘aku’ dan ‘kamu’ yang harus berakhir dengan sebuah
perpisahan dan pengikhlasan. Ditambah lagi penulis yang dengan lihainya memainkan
kata-kata hingga menjadi suatu kisah yang sangat menyentuh.
Dilihat dari segi kepenulisan, terdapat beberapa kata yang
masih salah dalam penulisannya. Seperti kata ‘di mana’ pada halaman ke-7, di
awal paragraf tertulis secara terpisah. Kata ‘di mana’ menunjukan preposisi.
Namun sesuai peraturan EYD yang berlaku, kata tersebut lazimnya ditulis secara
tersambung.
Garis waktu mendewasakan kita berdua dengan perjalannanya
yang ajaib. Sekarang, baru ku lihat gambaran besarnya. Tuhan tidak pernah
mengutusmu untuk menyempurnakanku. Tuhan mengutusmu sebagai guru sebelum aku
bertemu dengan pendamping hidupku yang sebenarnya. Darimu aku belajar untuk
mendamba, berharap, jatuh cinta, patah hati, hingga kemudian sembuh dan mampu
melangkah lagi.
Perasaan kita untuk satu sama lain tidaklah mati, ia
hanya bermetamorfosis menjadi sesuatu yang jauh lebih indah. Dan kini, kita
sudah siap mengukir kisah indah kita masing-masing; siap untuk menghadapi hidup
yang semakin berat dengan diri yang semakin kuat.
Salam untuk dia yang kini menjagamu; untuk buah hatimu
yang sedang belajar mengeja bahagi. Kuharap kau baik-baik saja di sana. Dan soal
aku, jangan khawatir, alam semesta mempunyai rencana yang lebih besar untukku.
Beberapa paragraf di atas merupakan sepenggal kisah di akhir
cerita dalam novel ini. Terlihat begitu indah kata-kata yang meyusun disetiap
kalimatnya.
Kisah dalam novel ini memberikan sebuah pembelajaran bahwa, segala apa yang kita miliki saat ini belum tentu di masa depan nanti kita masih memilikinya. Selagi ada, harap dijaga dengan sepenuh hati dan jangan pernah menyia-nyiakannya. Segala apa yang terjadi dalam hidup, itu merupakan kehendak Tuhan, kita hanya sebagai pelaku yang semestinya menikmati setiap alur yang telah Dia ciptakan untuk kita. Belajarlah untuk ikhlas terhadap segala apa yang menjadi takdir dalam hidup kita. Karena itulah yang pasti terbaik untuk kita menurut-Nya.
“Ketika kehidupan memberikan episode terburuknya, jangan
menyerah.
Takkan selamanya kita terluka, takkan selamanya kita
berduka.” – Fiersa Besari
library.uny.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar