Jumat, 29 November 2019

Jawaban dari Seuntai Kata

Sehari berasa seminggu
Seminggu berasa sebulan
Dan sebulan berasa setahun
Terasa begitu lama dan menyesakkan
Penuh dengan hembusan angin yang menggoyahkan

Di persimpangan jalan, pernah sesekali aku mencoba melewatinya
Mencoba satu per satu percabangan
Bertemu dengan "sesuatu" yang baru
Bermain dengan tanduk yang membinasakan

Berharap bisa menemukan yang sama
Ampun, hanya gelap gulita yang ku temukan
Semakin menyesakkan dan membuatku kian gelagapan
Ampun, hanya goresan luka dan kehancuran yang ku dapatkan

Berputar arah, kembali ke jalan semula
Berharap, di ujung sana masih kan ku dapati hal yang sama
Rasa yang sama, dengan ia yang masih sama

Ingin ku berkata, tapi tak mampu ku mengata
Keberanian melebur dengan rasa bersalah
Terlalu egois jika meminta ia yang hampir sempurna
Karna aku, bukanlah yang istimewa

Satu hal yang pasti, tak pernah aku terlupa
Untuk terus menunggu
Aku, masih dengan rasa yang sama
Berharap, akulah yang akan kau temui di penghujung tahun ini
Berharap, akulah yang akan menjadi akhir dari  setiap petualanganmu

#senjakelabu

Selasa, 03 September 2019

Kisah Islami: Duka Wafatnya Rasulullah


Rasulullah Muhammad Salallahu 'alaihi wassalam merupakan seorang panutan bagi kita. Ahmad, begitulah sapaan akrab untuknya dikala masih muda. Lahir di kota makkah, 12 Rabiul Awal ketika pasukan bergajah yang dipimpin abrahah menyerang ka’bah. Dibesarkan tanpa sesosok Ayah, ia yatim sedari masih dalam kandungan. Mendewasa dengan banyak ujian yang mampu menguras air mata. Namun, beliau mampu melewati semuanya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Rasul Muhammad, adalah seorang yang begitu peduli, bukan kayak anak-anak jaman now yang won’t cares sama yang lain. Iyaa po??
Tak percaya?

Nih, disimak yaa, kisah tentang  sebuah perpisahan. Eitss, bukan perpisahan yang biasanya pake toga lhoo apalagi perpisahan ayang-ayangan kayak anak jaman now. Tetapi, perpisahan seorang kekasih Allah dengan umat manusia, ialah Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wassalam.

Pagi itu selepas sholat shubuh, Rasulullah dengan suara terbata, memberikan petuah
“ Wahai umatku kita semua berada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua hal pada kalian, Yaitu sunah dan al-qur’an. barang siapa yg mencintai sunahku berarti mencintaiku. Dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan  bersama-sama masuk surga bersamaku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu per satu. Abu bakar berkaca-kaca menatapnya, Umar tidak dapat menahan napas  dan tangisnya, Usman menghela napas panjang, dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.  Tanda-tanda itu semakin kuat ketika Ali dan Khadal dengan sigap menangkap Rasulullah yg limbung saat turun dari mimbar.

 Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedangkan di dalamnya Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat. Tiba-tiba, dari luar terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam. 

“ Assalamu’alaikum, Bolehkah saya masuk?” tanya seseorang itu.
“Wa’alaikumussalam, Maafkanlah, ayahku sedang demam.” Kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Rasulullah yang mendengarnya, bertanya kepada Fatimah.

“Siapa itu wahai anakku?”
“ Tak taulah Ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya.” Jawab Fatimah dengan suara yang lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
“ Ketauhilah putriku, Dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia, Dialah Malaikatul maut.” Kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakan tangisannya. Malaikat maut datang menghampiri,tetapi Rasulullah menanyakan mengapa Jibril tak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya telah bersiap di atas langit menyambut kekasih Allah.

“Jibril jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” tanya Rasulullah dengan suara yang sangat lemah.
“ Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu.” Kata Jibril.

Tetapi ternyata itu tidak  membuat Rasulullah lega.  Matanya masih dipenuhi dengan kecemasan.
“ Tidak senangkah engkau mendengar kabar ini wahai Rasulullah?”
“kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelam.” Tanya Rasulullah
“Jangan khawatir,wahai Rasulullah, Allah telah berfirman kepadaku, Ku haramkan surga bagi siapa saja, kecuali Umat Muhammad telah berada di dalamnya.”kata Jibril.

Detik-detik itu mulai dekat. saatnya Izrail melaksanakan tugasnya. Perlahan ruhnya ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh. Urat-urat lehernya menegang.

“ Jibril betapa sakitnya sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengadu.
Fatimah pun terpejam, Ali yangberada disampingnya menunduk semakin dalam, dan Jibril memalingkan muka.

‘’ Jijikkah kau melihatku hingga kau palingkan wajahmu Jibril?”tanya Rasulullah.
“ Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal.” Kemudian terdengar Rasulullah mengadu karna sakit yang tidak tertahankan lagi.

“ Yaa Allah dahsyat sekali maut ini, timpakan  saja semua siksa maut ini kepadaku jangan kepada Umatku.’’

Badan Rasulullah mulai dingin. Kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibir Rasulullah bergetar seakan  hendak membisikkan sesuatu. lalu Ali mendekatkan telinganya.

“ Peliharalah sholat dan peliharalah orang orang lemah di sekitarmu.”
Di luar pintu rumah Rasul, tangis mulai terdengar bersahutan, para Sahabat merasa sangat bersedih. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yg mulai kebiruan. Rasulullah pun mengucapkan kata terakhirnya.

“ Ummati...Ummati....Ummati....”

Dan berakhirlah perjalanan hidup manusia mulia sang Suri Teladan bagi seluruh umat manusia. Semoga kita mendapat hikmah dari kisah ini dan menambah kecintaan kita kepada rasulullah karena saat akhir hayatnya beliau hanya menghawatirkan kondisi umatnya kelak.


Penulis : Dwi Fatimah
Referensi cerita:
Anak Muslim Youtube Channel

#kisahislami

Selasa, 27 Agustus 2019

Resume Novel " Garis Waktu"


GARIS WAKTU





Penulis: Fiersa Besari
Genre: Romansa
Penerbit: Mediakita
Jumlah Halaman: 218

Novel yang berjudul ‘’ Garis Waktu” merupakan sebuah novel karya seorang musisi terkenal . Fiersa Besari, lelaki kelahiran Bandung tanggal 3 Maret ini merupakan seorang lulusan Sastra Inggris. Meskipun novel ini berdominasi kisah romansa, namun di dalamnya tersisipkan pesan-pesan humanisme dan sosial. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh penerbit Media Kita. Berjumlah sekitar 218 halaman termasuk bagian cover buku.  ‘Garis Waktu’ adalah rangkuman beberapa tulisan Fiersa Besari dalam kurun waktu 2012-2016.

“Garis Waktu” terpilih sebagai judul pada novel ini karena mampu merepresentasikan titik-titik peristiwa penting sang ‘aku’ dengan ‘kamu’, dari mulai masa perkenalan, kasmaran, patah hati, hingga pengikhlasan, yang tersusun secara kronologis berdasarkan bulan dan tahun. Disaat yang sama, ‘Garis Waktu’ juga mewakili proses penulis menulis di dunia maya selama bertahun-tahun sampai akhirnya menghasilkan buku. Jika sekumpulan karya membutuhkan ruangan agar dapat dilihat secara utuh, maka ‘Garis Waktu’ adalah galeri yang hadir untuk kawan-kawan nikmati, dengan secangkir teh hangat di kala senja.

“Garis waktu”  merupakan sebuah novel karya Fiersa Besari disusun dengan pilihan kata yang mampu menyihir para pembaca ikut merasakan apa yang dialami oleh tokoh “aku”.  Novel yang bercerita tentang kisah romansa tokoh ‘aku’  dikemas dalam sebuah alur yang rapi, dan terbagi dalam beberapa Bab. Setiap Bab memiliki kisah cerita yang berbeda namun saling berkaitan.
Novel ini sedikit berbeda dengan novel biasanya. Disetiap akhir pada bab nya, tertulis sebuah kata-kata mutiara yang mampu menyadarkan para pembaca dan begitu bermakna. Walaupun novel ini berkisah tentang kehidupan percintaan masa remaja, novel ini memiliki banyak pembelajaran berharga di dalamnya. Kisah pilu nan sendu sangat mendominasi dalam cerita novel ini. Meskipun begitu, kisah-kisah romantis yang mampu membuat para pembaca ikut tersenyum juga mampu menyeimbangkan kisah pilu di dalamnya.

Tak hanya kisah romansa, novel ini juga menceritakan kisah kasih seorang ayah dan ibu terhadap anaknya. Begitu mendalam sang penulis menceritakan kisah ‘aku’. Tentunya tanpa melebih-lebihkan setiap frasa hingga novel ini tak terlihat seperti sebuah drama.  Novel ini memberikan akhir yang mampu menguras air mata para pembacanya. Kisah romansa tokoh ‘aku’ dan ‘kamu’ yang harus berakhir dengan sebuah perpisahan dan pengikhlasan. Ditambah lagi penulis yang dengan lihainya memainkan kata-kata hingga menjadi suatu kisah yang sangat menyentuh.
Dilihat dari segi kepenulisan, terdapat beberapa kata yang masih salah dalam penulisannya. Seperti kata ‘di mana’ pada halaman ke-7, di awal paragraf tertulis secara terpisah. Kata ‘di mana’ menunjukan preposisi. Namun sesuai peraturan EYD yang berlaku, kata tersebut lazimnya ditulis secara tersambung.

Garis waktu mendewasakan kita berdua dengan perjalannanya yang ajaib. Sekarang, baru ku lihat gambaran besarnya. Tuhan tidak pernah mengutusmu untuk menyempurnakanku. Tuhan mengutusmu sebagai guru sebelum aku bertemu dengan pendamping hidupku yang sebenarnya. Darimu aku belajar untuk mendamba, berharap, jatuh cinta, patah hati, hingga kemudian sembuh dan mampu melangkah lagi.
Perasaan kita untuk satu sama lain tidaklah mati, ia hanya bermetamorfosis menjadi sesuatu yang jauh lebih indah. Dan kini, kita sudah siap mengukir kisah indah kita masing-masing; siap untuk menghadapi hidup yang semakin berat dengan diri yang semakin kuat.
Salam untuk dia yang kini menjagamu; untuk buah hatimu yang sedang belajar mengeja bahagi. Kuharap kau baik-baik saja di sana. Dan soal aku, jangan khawatir, alam semesta mempunyai rencana yang lebih besar untukku.

Beberapa paragraf di atas merupakan sepenggal kisah di akhir cerita dalam novel ini. Terlihat begitu indah kata-kata yang meyusun disetiap kalimatnya.

Kisah dalam novel ini memberikan sebuah pembelajaran bahwa, segala  apa yang kita miliki saat ini belum tentu di masa depan nanti kita masih memilikinya. Selagi ada, harap dijaga dengan sepenuh hati dan jangan pernah menyia-nyiakannya.  Segala apa yang terjadi dalam hidup, itu merupakan kehendak Tuhan, kita hanya sebagai pelaku yang semestinya menikmati setiap alur yang telah Dia ciptakan untuk kita. Belajarlah untuk ikhlas terhadap segala apa yang menjadi takdir dalam hidup kita. Karena itulah yang pasti terbaik untuk kita menurut-Nya.

“Ketika kehidupan memberikan episode terburuknya, jangan menyerah.
Takkan selamanya kita terluka, takkan selamanya kita berduka.” – Fiersa Besari


library.uny.ac.id

Senin, 26 Agustus 2019

Dear, Sang Pejuang Kehidupan

Mungkin saat ini dirimu tengah menggerutui takdir yang telah Allah tetapkan untuk mu. Membuat hati dan pikiranmu kalut.  Beradu memperebutkan hayalan cita masa lalu yang seharusnya sudah terikhlaskan. Ketika melihat yang lain menikmati pencapaiannya, lantas diri mencaci, " Kenapa sih aku nggak bisa dapetin apa yang aku mau seperti mereka."

Ayolah, dirimu pasti sudah bosan mendengar nasehat ini. Oke akan aku ingatkan pada mu sekali lagi. Jalan setiap orang itu berbeda-beda. So, belajarlah untuk menerima. Tak perlu risaukan bagaimana akhirnya. Terpenting maksimalkan segala hal yang bisa kita lakukan. Nikmati saja prosesnya, siapa tahu dirimu akan menemukan sesuatu yang luar biasa.

Semangaattt!!! 
Hidupmu masih terlalu banyak teka-teki yang mesti kau pecahkan. Jangan sampai menyesal karena tak merasakan nikmatnya perjuangan. 


" Segala apa yang Dia tetapkan, itulah yang terbaik kita meskipun itu bukanlah hal yang kita inginkan. Percayalah bahwa Dia telah menyiapkan kejutan istimewa untuk kita."
#selfreminder
#senjakelabu
uny.ac.id
library.uny.ac.id

journal.uny.ac.id




Minggu, 28 Juli 2019

Harap pada Sang Tuan

Dia kembali menjelma menjadi rintik hujan.
Pedih, matanya tak sanggup  kembali berdusta padamu tuan.
Kembali ia terdiam, namun batinnya ricuh dengan pikiran.
Ingin ia mengabarkan duka pada semesta, tapi luka terlampau lara menahannya untuk bicara. 
Hanya bisu yang bisa ia sembahkan.

Harap yang telah pudar, impian yang telah sirna hingga cita yang telah karam.
Dia tak lagi mampu untuk tetap tegak.
Jiwanya tak lagi mampu menyatu dengan raga.
Terhunus pedang yang sama oleh sang pendekar yang ia damba.
Luka yang sama, namun lebih menyayat.
Tangis yang sama, namun sang puan tak lagi mampu menghentikan air matanya.

Tuan, maafkan puanmu yang terlalu mencintaimu.
Baginya, dirimu adalah semburat jingga sang penghias senja.
Tuan, maafkan puanmu yang tak bisa melepasmu.
Dirimu, terlalu berharga untuk ia gadaikan.
Hanya satu pintanya.
Tetaplah menjadi tuannya, karna puanmu hanya ingin menjadi rumah tempat kembali mu.

-28 Juli 2019

#senjakelabu

Kamis, 16 Mei 2019

Menuju Bulan Baru 😊

Segala apa yang kamu miliki sekarang, itu merupakan titipan dari-Nya. Itu semua hanyalah milik-Nya.  Dirimu tak berhak menahannya bila sang pemilik hendak mengambil kembali apa yang telah Dia titipkan kepada mu.

Tak perlu cemas. Tak usah dirimu berprasangka buruk terhadap segala keputusan-Nya. Sebab, segala apa yang Dia putuskan, itulah yang terbaik utk mu walaupun dirimu sangat tak menyukai hal itu. Berusahalah utk terus ridho terhadap segala ketetapan-Nya.
 
Segala apa yg telah Allah takdirkan utk mu, tidak akan pernah luput dari mu. Juga, segala apa yg tidak Allah takdirkan utk mu, tak akan pernah bisa menjadi milikmu.

16 Mei 2019
#senjakelabu

Selasa, 26 Maret 2019

Hanya Seuntai Kata

Seperti kupu-kupu, diriku bereinkarnasi setelah gagal mengepakkan sayap.
Pilu, karna tak bisa hidup selayaknya seekor kupu-kupu.
Kasih sang dewa memberi kan kartu kedua ku.
Hingga kini, aku kembali mengulang perjalanan hidupku

Sebagai seekor kupu-kupu
Terlahir kembali dari seekor ulat
Hingga harus terbekap dalam kantong
Menjadi sebuah kepompong tergantung

Terlahirlah aku, hasil reinkarnasiku dimasa lalu
Nihil, diriku gagal lagi menjadi impian budak kecil
Sayapku patah, terlalu kuat membuka lapisan pelindung
Hingga aku harus merasakan pahit itu kembali

Harusnya, hidupku yang kedua kalinya
Indah, hingga hanya kebahagiaan yang menghampiri
Tapi, pilu itu datang tak diundang
Kelamnya masa lalu, tetap ku rasa

Dia, yang kupercaya, tak lagi bisa tersenyum
Hanya sendu
Kebahagiaan tanpa senyuman
Aku, telah gagal
Membuatnya bahagia
Aku patah
Terjatuh dalam lubang yang sama

Aku, telah merusak hidup yang lain, lagi
Haruskah terulang lagi?
Haruskah diri ini menjadi orang yang egois?
Kenapa? Dirimu hidup menjadi  benalu
Tak ada tawa, tak ada suka
Hanya air mata dan rasa sakit yang dirasa

Aku telah gagal, lagi
Menjadi sesosok pemerhati
Aku telah gagal, lagi
Menjadi mawar di tamannya
Aku telah gagal, lagi
Menjadi surya bagi dunia nya
Aku telah gagal, lagi
Menjadi seekor kupu-kupu untuk nya
Aku telah gagal,lagi
Tuk membuatnya tersenyum kembali

#senjakelabu